A. Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 november 1945, pasukan Sekutu dibawah pimpinan Brigadir
Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti oleh
pasukan NICA. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI akan
melaksanakan tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp
di luar Kota Medan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan
diaktifkan kembali dan dipersenjatai.
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
1. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
3. Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
4. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan
memasang papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area
(Batas Resmi Medan Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.
B. Proses Terjadinya Pertempuran Medan Area
Karena sulitnya komunikasi, proklamasi kemerdekaan baru diumumkan secara
resmi di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 oleh Mr. Teuku Muhammad
Hasan selaku Gubernur Sumatera. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan
AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan.
Kedatangan pasukan AFNEI ini diboncengi oleh pasukan NICA yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Kedatangan pasukan AFNEI disambut baik oleh pemerintah RI karena pemerintah RI menghormati tugas AFNEI di Indonesia.
Namun dibalik itu, sehari setelah AFNEI mendarat di Belawan, pasukan
AFNEI mendatangi kamp-kamp tawanan untuk membebaskan tawanan perang yang
kebanyakan orang Belanda. Tawanan yang dibebaskan itu, kemudian
dipersenjatai dan dibentuk menjadi Batalyon KNIL di Medan.
Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif dilaksanakan dan kantor
gubernur terpaksa dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR
dipindahkan pula ke Pematang Siantar. Demikian pula laskar-laskar pemuda
memindahkan markasnya masing-masing ke luar Kota Medan untuk mengadakan
konsolidasi. Pasukan laskar masih bertempur tanpa adanya kesatuan
komando, maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari kelemahan ini
setelah beberapa kali menderita kerugian.
Atas perakasa dewan pertahanan daerah, maka diundang para komandan
laskar untuk berunding di Tebing Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10
Agustus 1946 untuk membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat
membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (KRLMA).
Konsekuensinya dari pembentukan komando ini, laskar-laskar dibebaskan
dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai
Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada
di Two Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi istimewa dengan
pembagian wilayah dan tanggung jawab pasti.
Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941
disetujui untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut
di Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat
ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan
adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya. Rencana gerakan
ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan.
Hari "H" ditentukan tanggal 27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB, sasaran
pertama Medan Timur dan Medan Selatan. Tepat pada hari "H", batalyon A
resimen laskar rakyat di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga
bagian Kampung Sukarame, sedangkan batalyon B menuju ke Kota Matsum dan
menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama. Di Medan Barat batalyon 2
resimen laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki Jalan
Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.
Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian
pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan
Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan
batalyon-batalyon resimen Laskar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh
pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan Selatan dihujani dengan tembakan
mortir. Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil menghentikannya.
Sementara itu Inggris menyerang seluruh Medan Selatan. Pertempuran jarak
dekat berkobar di dalam kota. Pada keesokan harinya Kota Matsum bagian
timur diserang kembali. Pasukan Inggris yang berada di Jalan Ismailiah
berhasil dipukul mundur.
Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946,
gencatan senjata diadakan dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan
pada gencatan senjata itu dilakukan, digunakan untuk berunding
menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris secara resmi diserahkan
kepada Belanda pada tanggal 15 November 1946.
Tiga hari setelah Inggris meninggalkan Kota Medan, Belanda mulai
melanggar gencatan senjata. Di Pulau Brayan pada tanggal 21 November,
Belanda merampas harta benda penduduk dan pada hari berikutnya Belanda
membuat persoalan lagi dengan menembaki pos-pos pasukan laskar di
Stasiun Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.
Pihak laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika lewat di depan
pos Laskar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok
kota. Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di
front Medan Selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi
di Sukarame gerakan pasukan Belanda dapat dihentikan.
Pada tanggal 1 Desember 1946, pasukan kita mulai menembakkan mortir ke
sasaran Pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya
Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar,
Deli Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan dibom. Tentu
tujuannya adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di
kota. Tapi walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat
kemenangan yang dicapai.
Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada pimpinan RI agar
tembak-menembak dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi
yang membatasi wilayah kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi
baru, pasukan-pasukan yang berhasil merebut tempat-tempat di dalam
kota, terpaksa ditarik mundur.
Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa,
Binjai dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan
sepanjang malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini
benar-benar melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar
satu demi satu jatuh ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil
menguasai Sungai Sikambing, sehingga dapat menerobos ke segala arah.
Perkembangan perjuangan di Medan menarik perhatian Panglima Komandemen
Sumatera. Ia menilai bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Resimen Laskar
Rakyat Medan Area ialah karena kebijakan sendiri. Komandemen memutuskan
membentuk komando baru, yang dipimpin oleh Letkol Sucipto. Serah terima
komando dilakukan pada tanggal 24 Januari 1947 di Tanjung Morawa. Sejak
itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front Medan Area, termasuk bantuan
dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa Medan Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi,
disusun rencana serangan baru terhadap Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5
batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan 15
Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Sayang karena kesalahan komunikasi
serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi walaupun demikian
serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut sepanjang malam.
Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran tidak
berubah. Menjelang Subuh, pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan
umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang
dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area.
Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI di
Medan Area berjumlah 7 batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang
membagi Front Medan Area atas beberapa sektor, ialah Medan Timur, Medan
Selatan, Medan Barat dan Medan Utara. Begitu pula membagi Medan atas 4
sektor yang sama, dan dengan demikian mereka langsung berhadapan dengan
pasukan kita.
Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan
serangannya terhadap pasukan RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap
Belanda hampir 1 minggu dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan
diri dari Medan Area.
Minggu, 16 Februari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)