A. Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 november 1945, pasukan Sekutu dibawah pimpinan Brigadir
Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti oleh
pasukan NICA. Brigadir ini menyatakan kepada pemerintah RI akan
melaksanakan tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp
di luar Kota Medan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan
diaktifkan kembali dan dipersenjatai.
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
1. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
3. Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
4. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan
memasang papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area
(Batas Resmi Medan Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.
B. Proses Terjadinya Pertempuran Medan Area
Karena sulitnya komunikasi, proklamasi kemerdekaan baru diumumkan secara
resmi di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 oleh Mr. Teuku Muhammad
Hasan selaku Gubernur Sumatera. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan
AFNEI dibawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Belawan.
Kedatangan pasukan AFNEI ini diboncengi oleh pasukan NICA yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan.
Kedatangan pasukan AFNEI disambut baik oleh pemerintah RI karena pemerintah RI menghormati tugas AFNEI di Indonesia.
Namun dibalik itu, sehari setelah AFNEI mendarat di Belawan, pasukan
AFNEI mendatangi kamp-kamp tawanan untuk membebaskan tawanan perang yang
kebanyakan orang Belanda. Tawanan yang dibebaskan itu, kemudian
dipersenjatai dan dibentuk menjadi Batalyon KNIL di Medan.
Operasi-operasi militer Inggris semakin intensif dilaksanakan dan kantor
gubernur terpaksa dipindahkan ke kantor walikota. Markas Divisi II TKR
dipindahkan pula ke Pematang Siantar. Demikian pula laskar-laskar pemuda
memindahkan markasnya masing-masing ke luar Kota Medan untuk mengadakan
konsolidasi. Pasukan laskar masih bertempur tanpa adanya kesatuan
komando, maupun koordinasi. Lambat laun mereka menyadari kelemahan ini
setelah beberapa kali menderita kerugian.
Atas perakasa dewan pertahanan daerah, maka diundang para komandan
laskar untuk berunding di Tebing Tinggi selama 2 hari pada tanggal 8-10
Agustus 1946 untuk membahas masalah perjuangan. Akhirnya mereka sepakat
membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area (KRLMA).
Konsekuensinya dari pembentukan komando ini, laskar-laskar dibebaskan
dari organisasi induknya masing-masing. Kapten Nip Karim dipilih sebagai
Komandan dan Marzuki Lubis sebagai Kepala Staf. Markas Komando berada
di Two Rivers. KRLMA terdiri dari 5 batalyon dan 1 kompi istimewa dengan
pembagian wilayah dan tanggung jawab pasti.
Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941
disetujui untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut
di Medan Timur adalah Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat
ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan Pringgan, sedangkan di Medan selatan
adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya. Rencana gerakan
ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan.
Hari "H" ditentukan tanggal 27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB, sasaran
pertama Medan Timur dan Medan Selatan. Tepat pada hari "H", batalyon A
resimen laskar rakyat di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga
bagian Kampung Sukarame, sedangkan batalyon B menuju ke Kota Matsum dan
menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama. Di Medan Barat batalyon 2
resimen laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak menduduki Jalan
Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.
Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah
menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian
pasukan Inggris bersiap-siap untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan
Belanda, pasukan kita menyerang mereka. Gerakan-gerakan
batalyon-batalyon resimen Laskar Rakyat Medan Area rupanya tercium oleh
pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan Selatan dihujani dengan tembakan
mortir. Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil menghentikannya.
Sementara itu Inggris menyerang seluruh Medan Selatan. Pertempuran jarak
dekat berkobar di dalam kota. Pada keesokan harinya Kota Matsum bagian
timur diserang kembali. Pasukan Inggris yang berada di Jalan Ismailiah
berhasil dipukul mundur.
Sementara pertempuran berlangsung, keluar perintah pada 3 November 1946,
gencatan senjata diadakan dalam rangka penarikan pasukan Inggris dan
pada gencatan senjata itu dilakukan, digunakan untuk berunding
menentukan garis demarkasi. Pendudukan Inggris secara resmi diserahkan
kepada Belanda pada tanggal 15 November 1946.
Tiga hari setelah Inggris meninggalkan Kota Medan, Belanda mulai
melanggar gencatan senjata. Di Pulau Brayan pada tanggal 21 November,
Belanda merampas harta benda penduduk dan pada hari berikutnya Belanda
membuat persoalan lagi dengan menembaki pos-pos pasukan laskar di
Stasiun Mabar, juga Padang Bulan ditembaki.
Pihak laskar membalas. Kolonel Schalten ditembak ketika lewat di depan
pos Laskar. Belanda membalas dengan serangan besar-besaran di pelosok
kota. Angkatan Udara Belanda melakukan pengeboman, sementara itu di
front Medan Selatan di Jalan Mahkamah kita mendapat tekanan berat, tapi
di Sukarame gerakan pasukan Belanda dapat dihentikan.
Pada tanggal 1 Desember 1946, pasukan kita mulai menembakkan mortir ke
sasaran Pangkalan Udara Polonia dan Sungai Mati. Keesokan harinya
Belanda menyerang kembali daerah belakang kota. Kampung Besar, Mabar,
Deli Tua, Pancur Bata dan Padang Bulan ditembaki dan dibom. Tentu
tujuannya adalah memotong bantuan logistik bagi pasukan yang berada di
kota. Tapi walaupun demikian, moral pasukan kita makin tinggi berkat
kemenangan yang dicapai.
Karena merasa terdesak, Belanda meminta kepada pimpinan RI agar
tembak-menembak dihentikan dengan dalih untuk memastikan garis demarkasi
yang membatasi wilayah kekuasaan masing-masing. Dengan adanya demarkasi
baru, pasukan-pasukan yang berhasil merebut tempat-tempat di dalam
kota, terpaksa ditarik mundur.
Selagi kita akan mengadakan konsolidasi di Two Rivers, Tanjung Morawa,
Binjai dan Tembung, mereka diserang oleh Belanda. Pertempuran berjalan
sepanjang malam. Serangan Belanda pada tanggal 30 Desember 1946 ini
benar-benar melumpuhkan kekuatan laskar kita. Daerah kedudukan laskar
satu demi satu jatuh ke tangan Belanda. Dalam serangan Belanda berhasil
menguasai Sungai Sikambing, sehingga dapat menerobos ke segala arah.
Perkembangan perjuangan di Medan menarik perhatian Panglima Komandemen
Sumatera. Ia menilai bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Resimen Laskar
Rakyat Medan Area ialah karena kebijakan sendiri. Komandemen memutuskan
membentuk komando baru, yang dipimpin oleh Letkol Sucipto. Serah terima
komando dilakukan pada tanggal 24 Januari 1947 di Tanjung Morawa. Sejak
itu pasukan-pasukan TRI memasuki Front Medan Area, termasuk bantuan
dari Aceh yang bergabung dalam Resimen Istimewa Medan Area.
Dalam waktu 3 minggu Komando Medan Area (KMA) mengadakan konsolidasi,
disusun rencana serangan baru terhadap Kota Medan. Kekuatannya sekitar 5
batalyon dengan pembagian sasaran yang tepat. Hari "H" ditentukan 15
Februari 1947 pukul 06.00 WIB. Sayang karena kesalahan komunikasi
serangan ini tidak dilakukan secara serentak, tapi walaupun demikian
serangan umum ini berhasil membuat Belanda kalang kabut sepanjang malam.
Karena tidak memiliki senjata berat, jalannya pertempuran tidak
berubah. Menjelang Subuh, pasukan kita mundur ke Mariendal. Serangan
umum 15 Februari 1947 ini adalah serangan besar terakhir yang
dilancarkan oleh pejuang-pejuang di Medan Area.
Sampai menjelang Agresi Militer ke I Belanda, yang mana pasukan RI di
Medan Area berjumlah 7 batalyon dan tetap pada kedudukan semula yang
membagi Front Medan Area atas beberapa sektor, ialah Medan Timur, Medan
Selatan, Medan Barat dan Medan Utara. Begitu pula membagi Medan atas 4
sektor yang sama, dan dengan demikian mereka langsung berhadapan dengan
pasukan kita.
Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda ke I, Belanda melancarkan
serangannya terhadap pasukan RI ke semua sektor. Perlawanan terhadap
Belanda hampir 1 minggu dan setelah itu pasukan-pasukan RI mengundurkan
diri dari Medan Area.
Minggu, 16 Februari 2014
Sabtu, 21 September 2013
Cerita Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.[rujukan?]
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya.[rujukan?]
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.[rujukan?]
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasauntuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.
Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Eksploitasi sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penataan Kehidupan Politik[sunting]
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 merupakan dasar legalitas dimulainya pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan juga dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Melalui Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS untuk membentuk Kabinet Ampera. Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966 dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet baru tersebut Soekarno tetap sebagai presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet. Tetapi ketika kabinet Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap dipegang Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdana menteri yang memiliki kekuasaan eksekutif dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan Soeharto semakin besar sejak awal tahun 1967. Pada 10 Januari 1967Presiden Soekarno menyerahkan Pelengkap pidato pertanggungjawaban presiden yang disebut PelNawaksara, tidak diterima oleh MPRS berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No. 13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Februari diumumkan tentang penyerahan kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Sebagai tindak lanjut lembaga tertinggi Negara ini mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret 1967, yang secara resmi mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno, dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden Republik Indonesia. Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang telah menyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional dapat teratasi. Dan pada tanggal 27 Maret 1968 Soeharto diangkat sebagai presiden Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden lama.[rujukan?] Langkah-langkah yang dilakukan adalah
Pembentukan Kabinet Pembangunan[sunting]
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi Darma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitasekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional.[rujukan?] Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni
- Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
- Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968
- Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
- Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya
- Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah
Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:
- Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
- Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
- Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
- Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
Pembubaran PKI dan Organisasi massanya[sunting]
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:
- Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966
- Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia
- Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965.
Penyederhanaan Partai Politik[sunting]
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:
- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI
- Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
- Golongan Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upayamenciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Pemilihan Umum[sunting]
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.[rujukan?] Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi.[rujukan?] Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang menjadiPDIP .Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik.[rujukan?] Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode, karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan
Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI[sunting]
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pimpinan pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah G 30 S PKI, yangmelahirkankan Orde Baru. Boleh dikatakan peran dinamisator telah menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa selama ini
Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)[sunting]
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru Dan sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Dan Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan
Penataan Politik Luar Negeri[sunting]
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan. Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus didasarkan kepada kepentingannasional, seperti pembangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.[rujukan?]
Kembali menjadi anggota PBB[sunting]
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada tahun 1955-1964.[rujukan?] Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun 1974. Dan Indonesia juga memulihkanhubungan dengan sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang sempat renggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
Normalisasi Hubungan dengan Negara lain[sunting]
Pemulihan Hubungan dengan Singapura[sunting]
Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman, hubungan Indonesia dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali. Pada tanggal 2 Juni 1966 pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew.[rujukan?] Dan pemerintah Singapura menyampaikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Penataan Kehidupan Ekonomi[sunting]
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi[sunting]
Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:
- Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966.
- MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilisasi dan rehabilitasi.
Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah:
- Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut adalah:
- Rendahnya penerimaan negara.
- Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara.
- Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank.
- Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri.
- Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.
- Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian
- Berorientasi pada kepentingan produsen kecil
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru menempuh cara-cara :
- Mengadakan operasi pajak
- Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
- Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara.
- Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan pemerintah Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan pemerintah
Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selama sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana social dan ekonomi. Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, dan perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kelompok kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga (negara) tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun perbaikan tata kehidupan rakyat
Jumat, 09 Agustus 2013
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE PENGUMPULAN DATA
Kekurangan, kelelebihan dari observasi adalah sebagai berikut:
1. Merupakan alat yang langsung untuk meneyelidiki bermacam-macam gejala. banyak aspek tingkah laku manusia dapat diselidiki melalui jalan observasi langsung.
2. Untuk subyek yang diselidiki observasi lebih sedikit tentunya bagi orang yang selalu sibuk, mungkin tidak keberatan untuk di amati, tapi mungkin keberatan untuk mengisi kuesioner-kuesioner.
3. Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala.
4. Tidak tergantung pada self-report
5. Banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh dengan pengamatan langsung.
Dan kekurangannya adalah sebagai berikut:
1. Banyak kehidupan pribadi yang tidak terungkap, misalnya kehidupan pribadi yang rahasia.
2. Memungkinkan terjadinya ketidakwajaran apabila yang di oservasi mengetahui bahwa dirinya sedang di observasi.
3. Observasi banyak tergantung dari faktor yang tidak terkontrol.
4. Subyektifitas observer sukar dihindarkan.
• Kelebihan Wawancara:
Hasil wawancara secara kualitas dapat dipertanggungj awabkan
1. Mempunyai nilai Yang tinggi
2. Semua kesalahpahaman dapat dihindari
3. Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber dengan penjelasanpenjelasan tambahan
4. Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut
5. Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama
• Kelemahan Wawancara
1. Data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas
2. Memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu wilayah yang luas
Kuesioner
Kelebihan Dan Kekurangan Kuesioner
• Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
5. Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
• Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
2. Seringkali sukar dicari validitasnya
3. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
4. Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
5. Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
• Langkah Menyusun Angket
1. Menyusun matrik spesifik data
2. Menyusun angket
3. Try out (uji coba angket)
4. Revisi angket
5. Memperbanyak angket
• Sample
Sampel (contoh) adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling. Teknik sampling berguna agar:
1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggotas sampel yang mewakili populasinya (representatif), sehingga kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak
3. menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sbb:
1. Tentukan dulu daerah generalisasinya. Banyak penelitian menurun mutunya karena generalisasi kesimpulannya terlalu luas. Penyebabnya karena peneliti ingin agar hasil penelitiannya berlaku secara meluas dan menganggap sampel yang dipilihnya sudah mewakili populasinya.
2. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi. Populasi tidak harus manusia. Populasi dapat berupa benda-benda lainnya. Semua benda yang akan dijadikan populasi harus ditegaskan batas-batas karakteristiknya, sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.
3. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi. Misalnya didapat dari dokumen.
4. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Sampling random (probability sampling), yaitu pengambilan sampel secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian, ordinal atau tabel bilangan random atau dengan komputer.
2. Sampling non random (non probability sampling), yaitu pengambilan sampel secara tidak acak
1. Teknik Sampling Random
Terdiri atas 4 macam:
1. Teknik Sampling Sederhana (Simple random sampling)
Setiap unsur dalam seluruh populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih; dengan menggunakan undian, ordinal atau tabel bilangan random atau dengan komputer. Anggota sampel mudah dan cepat diperoleh, namun kadang tidak mendapatkan data populasi yang lengkap.
2. Teknik Sampling Bertingkat (Stratified Sampling)
Disebut juga teknik sampling berlapis, berjenjang dan petala. Digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok yang bertingkat. Dengan cara ini anggota sampel dapat lebih representatif, namun perlu usaha mengenali karakteristiknya.
3. Teknik Sampling Kluster (Cluster Sampling)
Disebut juga teknik sampling daerah, conditional sampling atau restricted sampling. Digunakan bila populasi tersebar dalam beberapa dearah, propinsi, kabupaten kecamatan dst. Pada setiap daerah diberi petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu ditarik secara acak untuk menjadi sampelnya.
4. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)
Sebenarnya merupakan treknik sampling sederhana yang dilakukan secara ordinal. Artinya, anggotas sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 5 atau 10 dari daftar poegawai suatu kantor. Keuntungannya dapat digunakan dengan mudah dan cepat namun kadang kurang mewakili populasi.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Terdiri atas 3 macam:
a. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)
Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga dan BBM, maka pertanyaan yang diajukan kepada mereka yang kebetulan dijumpai di pasar atau di tempat-tempat lainnya.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang representatif.
b. Teknik Sampling Bertujuan (Purposive Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai contoh: untuk meneliti tentang peraturan lalu lintas, maka hanya mereka yang memiliki SIM atau yang tidak memiliki SIM saja yang dijadikan anggota sampel.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat mudah dan relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).
c. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Teknik sampling kuota sering dikacaukan dengan teknik sampling bertujuan.
Keuntungan dan kelemahan menggunakan teknik ini adalah seperti halnya teknik sampling bertujuan tadi.
1. Merupakan alat yang langsung untuk meneyelidiki bermacam-macam gejala. banyak aspek tingkah laku manusia dapat diselidiki melalui jalan observasi langsung.
2. Untuk subyek yang diselidiki observasi lebih sedikit tentunya bagi orang yang selalu sibuk, mungkin tidak keberatan untuk di amati, tapi mungkin keberatan untuk mengisi kuesioner-kuesioner.
3. Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala.
4. Tidak tergantung pada self-report
5. Banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh dengan pengamatan langsung.
Dan kekurangannya adalah sebagai berikut:
1. Banyak kehidupan pribadi yang tidak terungkap, misalnya kehidupan pribadi yang rahasia.
2. Memungkinkan terjadinya ketidakwajaran apabila yang di oservasi mengetahui bahwa dirinya sedang di observasi.
3. Observasi banyak tergantung dari faktor yang tidak terkontrol.
4. Subyektifitas observer sukar dihindarkan.
• Kelebihan Wawancara:
Hasil wawancara secara kualitas dapat dipertanggungj awabkan
1. Mempunyai nilai Yang tinggi
2. Semua kesalahpahaman dapat dihindari
3. Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber dengan penjelasanpenjelasan tambahan
4. Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut
5. Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama
• Kelemahan Wawancara
1. Data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas
2. Memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu wilayah yang luas
Kuesioner
Kelebihan Dan Kekurangan Kuesioner
• Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
5. Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
• Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
2. Seringkali sukar dicari validitasnya
3. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
4. Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
5. Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
• Langkah Menyusun Angket
1. Menyusun matrik spesifik data
2. Menyusun angket
3. Try out (uji coba angket)
4. Revisi angket
5. Memperbanyak angket
• Sample
Sampel (contoh) adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling. Teknik sampling berguna agar:
1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggotas sampel yang mewakili populasinya (representatif), sehingga kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Lebih teliti menghitung yang sedikit daripada yang banyak
3. menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sbb:
1. Tentukan dulu daerah generalisasinya. Banyak penelitian menurun mutunya karena generalisasi kesimpulannya terlalu luas. Penyebabnya karena peneliti ingin agar hasil penelitiannya berlaku secara meluas dan menganggap sampel yang dipilihnya sudah mewakili populasinya.
2. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi. Populasi tidak harus manusia. Populasi dapat berupa benda-benda lainnya. Semua benda yang akan dijadikan populasi harus ditegaskan batas-batas karakteristiknya, sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.
3. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi. Misalnya didapat dari dokumen.
4. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Sampling random (probability sampling), yaitu pengambilan sampel secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian, ordinal atau tabel bilangan random atau dengan komputer.
2. Sampling non random (non probability sampling), yaitu pengambilan sampel secara tidak acak
1. Teknik Sampling Random
Terdiri atas 4 macam:
1. Teknik Sampling Sederhana (Simple random sampling)
Setiap unsur dalam seluruh populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih; dengan menggunakan undian, ordinal atau tabel bilangan random atau dengan komputer. Anggota sampel mudah dan cepat diperoleh, namun kadang tidak mendapatkan data populasi yang lengkap.
2. Teknik Sampling Bertingkat (Stratified Sampling)
Disebut juga teknik sampling berlapis, berjenjang dan petala. Digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok yang bertingkat. Dengan cara ini anggota sampel dapat lebih representatif, namun perlu usaha mengenali karakteristiknya.
3. Teknik Sampling Kluster (Cluster Sampling)
Disebut juga teknik sampling daerah, conditional sampling atau restricted sampling. Digunakan bila populasi tersebar dalam beberapa dearah, propinsi, kabupaten kecamatan dst. Pada setiap daerah diberi petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu ditarik secara acak untuk menjadi sampelnya.
4. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)
Sebenarnya merupakan treknik sampling sederhana yang dilakukan secara ordinal. Artinya, anggotas sampel dipilih berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 5 atau 10 dari daftar poegawai suatu kantor. Keuntungannya dapat digunakan dengan mudah dan cepat namun kadang kurang mewakili populasi.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Terdiri atas 3 macam:
a. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)
Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga dan BBM, maka pertanyaan yang diajukan kepada mereka yang kebetulan dijumpai di pasar atau di tempat-tempat lainnya.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang representatif.
b. Teknik Sampling Bertujuan (Purposive Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai contoh: untuk meneliti tentang peraturan lalu lintas, maka hanya mereka yang memiliki SIM atau yang tidak memiliki SIM saja yang dijadikan anggota sampel.
Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat mudah dan relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).
c. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Teknik sampling kuota sering dikacaukan dengan teknik sampling bertujuan.
Keuntungan dan kelemahan menggunakan teknik ini adalah seperti halnya teknik sampling bertujuan tadi.
Langganan:
Postingan (Atom)